Puan meminta
Dalam sulit, kuulurkan sebuah ranting baja
Tertatih ia berjalan, esoknya kursi roda kuambilkan.
Hingga hujan menutup hari; dan langkah-langkah senja
tertelan oleh bumi.
Katanya enggan
Uluranmu tak sampai
Kursi-kursi tua telah reot tak terpakai
Dan puan; meluapkan sang senyum pada usai.
Yang kini tersisa puing-puing enggan
Jemari digulung; ia tak pernah mengindahkan
Dari apa yang telah terjadi
Menjadi memori untuk dipahami
Bahwa yang fana tidak selalu hadir
Tidak selalu pula selamanya terukir
Dalam tempat-tempat kerelaan
Dalam ruang-ruang pembalasan
Juga hati yang kini terabaikan oleh uluran.