Kursi Kayu
Thursday, September 17, 2020Lembar ini mungkin tak sama, seperti kemarin.
Yang riuhnya masih terdengar, berdecit beban keterpaksaan.
Remang bertandang senja tenggelam,
ditemani pahitnya cairan hitam,
asap mengepul bebas menuju langit kelam.
Sejauh aksa menatap daun lebar itu terbang,
yang lembar demi lembarnya membawa jiwa usang.
Saat beban tak lagi mengekang,
kursi kayu yang damainya penuh kenang.
Yang sapanya tak lagi ada
Sedihpun tak turun jua
Hanya ada senyumnya yang kini merekah,
Saat beban tua tak lagi memenuhi serat resah.
Mengisi ruang sepi saat semua telah pergi,
menyisihkan ia sendiri yang tertinggal pada dimensi.
Dengan hening yang selalu menemani,
tiap rindu pada pemilik tua yang pergi.
0 komentar